Kamis, 24 Maret 2011

Cerita Rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial.

seni tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Tokoh Betawi

Tokoh Betawi


Benyamin Sueb, seniman Betawi legendaris.
• Muhammad Husni Thamrin - pahlawan nasional
• Ismail Marzuki - pahlawan nasional, seniman
• Ridwan Saidi - budayawan, politisi
• Bokir - seniman lenong
• Nasir - seniman lenong
• Benyamin Sueb - artis
• Nazar Ali - artis
• Mandra - artis
• Omaswati - artis
• Mastur - artis
• Mat Solar - artis
• Fauzi Bowo - pejabat pemerintahan
• K.H. Noerali - pahlawan nasional, ulama
• SM Ardan - sastrawan
• Mahbub Djunaidi - sastrawan
• Firman Muntaco - sastrawan
• K.H. Abdullah Syafe'i - ulama
• K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafe'i - ulama
• Tutty Alawiyah A.S. - mubalighat, tokoh pendidik, mantan menteri
• K.H. Zainuddin M.Z. - ulama
• Deddy Mizwar - aktor, sutradara, tokoh perfilman
• Nawi Ismail - sutradara, tokoh perfilman
• Hasan Wirayuda - mantan menteri luar negeri
• Ichsanuddin Noorsy - pengamat sosial-ekonomi, mantan anggota DPR/MPR
• Helmy Adam - sutradara
• Zen Hae - sastrawan, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta
• Zaidin Wahab - pengarang, wartawan
• Surya Saputra - aktor, penyanyi
• Abdullah Ali - mantan Dirut BCA
• Alya Rohali - artis, mantan Putri Indonesia
• Abdul Chaer - pakar linguistik, dosen UNJ
• J.J. Rizal - sejarawan, penulis, pelaku penerbitan
• Wahidin Halim - Walikota Tangerang
• Ussy Sulistyowati - artis
• Urip Arfan - aktor, penyanyi
• Akrie Patrio - komedian
• Yahya Andy Saputra - pengarang
• Balyanur Marga Dewa - pengarang
• [[Bundari A.M.] - arsitek, penulis
• Suryadharma Ali - Menteri Agama
• Chairil Gibran Ramadhan - sastrawan
• Warta Kusuma - mantan pesepak bola nasional
• Mohammad Robby - pesepak bola nasional
• Suryani Motik - tokoh IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
• Edy Marzuki Nalapraya - mantan Wagub DKI, tokoh IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)

Senjata khas


Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.

Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.

Bahasa

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[1] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Seni dan Kebudayaan Betawi

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.